Sabtu, 12 Februari 2011

ANALISIS RASIO

Analisis trends merupakan suatu metode analisis statistika yang ditujukan untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang. Untuk melakukan peramalan dengan baik maka dibutuhkan berbagai macam informasi (data) yang cukup banyak dan diamati dalam periode waktu yang relatif cukup panjang, sehingga hasil analisis tersebut dapat mengetahui sampai berapa besar fluktuasi yang terjadi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap perubahan tersebut.

Secara teoristis, dalam analisis runtun waktu (time series) hal yang paling menentukan adalah kualitas dan keakuratan dari data-data yang diperoleh, serta waktu atau periode dari data-data tersebut dikumpulkan. Jika data yang dikumpulkan tersebut semakin banyak maka semakin baik pula estimasi atau peramalan yang diperoleh.
Sebaliknya, jika data yang dikumpulkan semakin sedikit maka hasil estimasi atau peramalannya akan semakin jelek.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Analisis laporan keuangan mencakup perbandingan kinerja perusahaan
dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, evaluasi kecenderungan posisi
keuangan perusahaan sepanjang waktu.
Banyak teknik yang dapat digunakan untuk menganalisa laporan keuangan,
namun pembahasan ini dibatasi hanya pada analisa rasio-rasio keuangan.

1. Rasio Likuiditas.
Rasio likuiditas menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan
kewajiban lancar. Posisi likuiditas perusahaan akan sangat berhubungan
dengan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya.

Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar
kewajibanlancar
aktivalancar

Misalnya PT Japurut memiliki rasio lancar 2.5 kali, dimana rasio lancar ratarata perusahaan dalam industri di mana PT Japurut itu berada adalah 3.6
kali. Hal ini berarti bahwa rasio lancar PT Japurut lebih rendah daripada
rasio lancar rata-rata perusahaan dalam industri.
Bila rasio lancar suatu perusahaan jauh dari rata-rata industri, maka
manajemen perusahaan harus menganalisa lebih lanjut mengapa hal ini
terjadi.
- Rasio Cepat (Acid Test)
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendek tanpa mengandalkan persediaan.
Rasio Cepat
kewajibanlancar
aktivalancar  persediaan
Misalnya rasio cepat PT Japurut adalah 1.5 kali dan rasio cepat rata-rata
perusahaan dalam industri adalah 3 kali, maka berarti rasio cepat PT
Japurut jauh lebih rendah daripada rasio cepat rata-rata perusahaan dalam
industri. Jika PT Japurut mampu menagih piutang usahanya, maka PT
Japurut dapat melunasi kewajiban lancarnya tanpa melikiuidasi persediaan.

2. Rasio Pengelelolaan Aktiva

Rasio pengelolaan aktiva ini mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola
aktivanya. Rasio ini juga untuk melihat kewajaran nilai aktiva pada neraca,
sehingga nilai aktiva yang disajikan tidak terlalu tinggi, terlalu rendah.
- Rasio perputaran persediaan (inventory turn over ratio)
Rasio ini bertujuan untuk menunjukkan perputara persediaan perusahaan.
Semakin cepat tingkat perputaran persediaan, maka semakin besar tingkat
keberhasilan perusahaan
Rasio Perputaran Persediaan
Persediaan
Penjualan

Misalnya rasio perputaran PT Japurut adalah 5 kali dimana rasio perputaran
persediaan rata-rata perusahaan dalam industri adalah 9 kali. Hal ini berarti
tingkat perputaran persediaan PT Japurut jauh lebih rendah daripada
tingkat perputaran persediaan perusahaan lain dalam industri. Hal ini juga
menunjukkan bahwa PT Japurut menyimpan terlalu banyak persediaan,
lebih jauh, hal ini menunjukkan bahwa PT Japurut tidak produktif dalam
mengelola persediaannya. Dalam analisis lebih lanjut, tingkat perputaran
persediaan yang begitu lancar membuat manajemen harus menganalisa
rasio lancarnya.
- Rasio Periode Penagihan Rata-Rata (Day Sales Outstanding – DSO)
Rasio ini digunakan untuk menaksir berapa lama jangka waktu yang
dibutuhkan perusahaan untuk merealisasikan penerimaan kas atas
penjualan yang telah dilakukan.

Misalnya DSO PT Japurut adalah 40 hari dimana DSO rata-rata perusahaan
dalam industri adalah 30 hari. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan PT
Japurut untuk menagih piutangnya kepada pembeli lebih rendah dari pada
kemampuan perusahaan lain dalam industri
- Rasio Perputaran Aktiva Tetap (fixed assets turn over ratio)
Rasio ini berfungsi untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam
menggunakan aktiva tetapnya (pabrik, mesin, peralatan, dll.)
Rasio Perputaran Aktiva Tetap
Aktivatetapbersih
Penjualan

Misalkan rasio perputaran aktiva tetap PT Japurut adalah 4 kali dimana
rasio perputaran aktiva tetap rata-rata perusahaan dalam industri adalah 4
kali. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penggunaan aktiva tetapnya PT
Japurut memiliki tingkat efektifitas yang sama jika dibandingkan dengan
perusahaan lain dalam industri
Permasalahan yang mungkin muncul pada waktu manajemen mengartikan
rasio perputaran akitva tetap adalah inflasi. Inflasi dapat menyebabkan nilai
sebagian besar aktiva yang dibeli di masa lalu akan dinyatakan terlalu
rendah (ingat prinsip pengakuan biaya historis)
- Rasio Peruputaran Total Aktiva (total assets turnover ratio)
Rasio perputaran total aktiva ini berfungsi untuk mengukur perputaran
semua aktiva perusahaan.
Rasio Perputaran Total Aktiva
TotalAktiva
Penjualan

Misalkan rasio perputaran total aktiva PT Japurut adalah 1.8 kali dimana
rasio perputaran total aktiva rata-rata perusahaan dalam industri adalah
2.5 kali. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu
menghasilkan tingkat penjualan yang cukup jika dibandingkan dengan
investasi dalam total aktivanya.
3. Rasio Manajemen Utang
Pembiayaan perusahaan bisa bersumber dari dua pihak; pembiayaan internal
atau pembiayaan dari pihak luar (kreditur) melalui utang. Pembiayaan dengan
utang atau sering disebut leverage memiliki dampak yang serius bagi
perusahaan jika perusahaan ingin mendapatkan tambahan modal melalui
utang. Calon kreditur pasti akan sangat-sangat memperhatikan rasio-rasio ini.
- Rasio Total Utang terhadap Total Aktiva (debt ratio)
Rasio ini berfungsi untuk mengukur persentasi dana pembiayaan
perusahaan yang disediakan oleh kreditur.

Misalnya rasio utang PT Japurut adalah 60.2% dimana rata-rata rasio utang
perusahaan lain dalam industri adalah 48.5%. Hal ini menunjukkan bahwa
kreditor telah memberikan lebih dari setengah pembiayaan perusahaan.
Hal ini juga berdampak, jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan,
maka perusahaan akan kesulitan mencari tambahan dana dari para kreditur
atau calon kreditur. Lebih lanjut, resiko kebangkrutan PT Japurut untuk
beberapa waktu ke depan akan jauh lebih besar daripada resiko
kebangkrutan perusahaan-perusahaan lain dalam industri.
- Rasio Kelipatan Pembayaran Bunga (time-interest-earned – TIE)
Rasio TIE ini mengukur seberapa besar laba operasi dapat menurun sampai
perusahaan tidak dapat memenuhi beban bunga tahunan. Kegagalan
memenuhi kewajiban ini akan mengakibatkan adanya tindakan hukum dari
pemberi pinjaman. Lebih jauh, kegagalan memenuhi kewajiban tersebut
juga mungkin menyebabkan kebangkrutan.
TIE
BebanBunga
EBIT

Misalkan rasio kelipatan pembayaran bunga (TIE) PT Japurut adalah sebesar
3.2 kali, dimana rasio kelipatan pembayaran bunga industri adalah 6 kali.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan PT Japurut untuk menutupi beban
bunganya hanya 3.2 kali dan ini jauh daripada kemampuan rata-rata
perusahaan-perusahaan lain dalam industri.
- Rasio Cakupan Beban Tetap (fixed charge coverage ratio)
Fungsi rasio ini serupa dengan rasio kelipatan pembayaran bunga, tetapi
rasio ini melihat lebih jauh karena mengakui bahwa ada aktiva perusahaan
yang disewa (lease) dan harus melakukan pembyaran dana pelunasan
(sinking fund)
Rasio cakupan beban tetap
(1 Tarifpajak )
pembayarandanapelunasan
Bebanbunga pembayaranlease
EBIT PembayaranLease
Misalkan rasio cakupan beban tetap PT Japurut adalah 3 kali dimana rasio
rata-rata industri adalah 5.4 kali. Hal ini menunjukkan bahwa PT Japurut
lebih lemah dibanding rata-rata perusahaan dalam industri.

4. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas atau laba adalah hasil dari serangkaian kebijakan dan keputusan.
Hasil dari penerapan strategi perusahaan dalam mencapai tujuannya. Rasio
profitabilitas ini menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen
aktiva, dan utang terhadap hasil operasi.
- Marjin Laba Atas Penjualan
Rasio ini akan menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dalam setiap nilai rupiah penjualannya
Marjin laba penjualan
Penjualan
Lababersihtersediauntukpemegangsaham

Misalkan marjin laba PT Japurut adalah 4% dan marjin laba rata-rata
perusahaan dalam industri adalah 5,5%. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dalam setiap rupiah
penjualannya lebih rendah daripada rata-rata kemampuan perusahaanperusahaan lain dalam industri. Rendahnya marjin laba PT Japurut ini bisa
disebabkan akibat banyaknya penggunaan utang untuk pembiayaan PT
Japurut. Ingat bahwa laba bersih adalah pendapatan setelah pajak dan
bunga. Sehingga semakin besar utang perusahaan, semakin tinggi beban
bunga yang harus dibayarkan, dan semakin rendah laba bersih yang
dihasilkan

- Rasio BEP (Basic Earning Power)
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan
laba operasi. Rasio ini juga berguna untuk membandingkan perusahaan
dengan situasi pajak yang berbeda dan tingkat utang yang berbeda.
Rasio BEP
TotalAktiva
EBIT

Misalkan Rasio BEP PT Japurut adalah 15,3% dan rasio rata-rata perusahaan
dalam industri adalah 18,3%. Hal ini menjukkan kemampuan PT Japurut
untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum dikenakan pajak
adalah lebih rendah dari kemampuan rata-rata perusahaan dalam industri.
- Pengembalian atas Total Aktiva (ROA – Return on Asset)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
atas penggunaan seluruh aktivanya dalam kegiatan operasinya.
ROA
TotalAktiva
Lababersihuntukpemegangsahambiasa

Misalkan ROA PT Japurut adalah 4.8% dimana rasio rata-rata perusahaan
dalam industri adalah 10%, hal ini menujukkan bahwa tingkat
pengembalian atas penggunaan aktiva PT Japurut jauh dibawah tingkat
pengembalian rata-rata perusahaan dalam industri. Hal ini mungkin saja
disebabkan oleh; 1)Rendahnya BEP (Basic Earning Power) perusahaan, 2)
tingkat bunga yang tinggi akibat pengunaan kewajiban yang demikian
besarnya.
- Pengembalian atas Ekuitas Saham Biasa (Return on common equity – ROE)
Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat pengembalian atas investasi
pemegang saham.
ROE
Ekuitassahambiasa
Lababersihuntukpemegangsahambiasa

Misalkan rasio ROE PT Japurut adalah 13,3% dan rasio ROE rata-rata
perusahaan dalam industri adalah 15.5%. Dari sini dapat kita lihat bahwa ROE
PT Japurut masih tetap di bawah rasio rata-rata perusahaan dalam industri.
5. Rasio Nilai Pasar (Market Value Ratio)
Rasio nilai pasar memberikan manajemen petunjuk mengenai apa yang akan
dipikirkan investor mengenai kinerja perusahaan pada suatu periode serta
prospek perusahaan tersebut pada periode yang akan datang. Jika rasio
likuiditas, manajemen aktiva, manajemen hutang, dan rasio profitabilitas
perusahaan baik, maka rasio nilai pasarnyapun akan menjadi tinggi. Lebih jauh,
harga saham perusahaanpun akan setinggi nilai yang diharapkan.
- Rasio Harga-Laba (price-earning ratio)
Rasio ini menunjukkan jumlah rupiah yang akan dibayarkan kepada investor
untuk setiap rupiah yang dia tanamkan pada perusahaan.
Rasio Harga-Laba
Labapersaham

Misalkah rasio harga-laba PT Japurut adalah sebesar 9.5 kali dimana rasio
harga-laba rata-rata perusahaan dalam industri adalah 12 kali, maka resiko
yang akan didapati oleh investor jika menanamkan modalnya pada PT
Japurut akan lebih tinggi dibanding jika investor tersebut menanamkan
modalnya pada perusahaan lain sejenis.
- Rasio Nilai Pasar/Buku (market/book ratio)
Rasio nilai pasar buku ini memberikan indikasi bagi manajemen perusahaan
mengenai bagaimana pandangan investor terhadap perusahaan.
Perusahaan yang tingkat ekuitasnya tinggi pada umumnya akan menjual
sahamnya lebih tinggi beberapa kali dari nilai bukunya.
Misalkan rasio nilai pasar/buku PT Japurut adalah sebesar 1.5 kali dimana
rasio rata-rata perusahaan dalam industri adalah sebesar 2 kali, maka ini
berarti bahwa investor akan bersedia membayar lebih kecil untuk setiap
rupiah dari nilai buku perusahaan dibanding yang investor bersedia
bayarkan kepada perusahaan lain dalam industri.

Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut. Dimana kondisi keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan keuangannya. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai pengertian laporan keuangan, sifat laporan keuangan, tujuan laporan keuangan, keterbatasan laporan keuangan serta kepentingan pihak-pihak terhadap laporan keuangan itu.
Pengertian laporan keuangan itu sendiri adalah
ringkasan dari proses akutansi selama tahun buku yang bersangkutan yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Isi laporan Keuangan pada umumnya
terdiri dari neraca dan perhitungan rugi laba serta laporan perubahan modal, dimana neraca menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan laporan rugi laba memperlihatkan hasil- hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu dan laporan perubahan modal menunjukan sumber dan penggunaan / alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Selain diatas laporan keuangan juga sering mengikut sertakan laporan lain yang sifatnya membantu untuk memperoleh keterangan lebih lanjut, diantara laporan tersebut adalah laporan perubahan modal kerja, laporan sumber dan penggunaan kas (laporan arus kas), laporan sebab-sebab perubahan laba kotor, laporan biaya produksi serta daftar-daftar lainnya.
Sifat Laporan Keuangan, antara lain :
Laporan keuangan dibuat dengan maksud memberikan gambaran kemajuan (progress report) perusahaan secara periodik. Jadi laporan keuangan bersifat histories serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report. Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam akutansi serta pendapat pribadi.
Fakta-fakta yang telah dicatat, laporan keuangan dibuat berdasarkan fakta dari catatan akutansi, pencatatan dari pos-pos ini merupakan catatan histories dari peristiwa yang telah terjadi dimasa lampau dan jumlah uang yang tercatat dinyatakan dalam harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut. Dengan sifat yang demikian maka laporan keuangan tidak dapat mencerminkan posisi keuangan dari suatu perusahaan dalam kondisi perekonomian paling akhir.
Prinsip dan kebiasaan di dalam akutansi, data yang dicatat didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akutansi yang lazim, di dalam akutansi juga digunakan prinsip atau anggapan-anggapan yang melengkapi konvensi-konvensi atau kebiasaan yang digunakan antara lain : bahwa perusahaan akan tetap berjalan sebagai suatu yang going concern, konsep ini menganggap bahwa perusahaan akan berjalan terus, konsekwensinya bahwa jumlah-jumlah yang tercantum dalam laporan merupakan nilai-nilai untuk perusahaan yang masih berjalan yang didasarkan pada nilai atau harga pada terjadinya peristiwa itu. Jadi jumlah uang yang tercantum dalam laporan bukanlah nilai realisasi jika aktiva tersebut dijual.
Pendapat pribadi, dimaksudkan bahwa walaupun pencatatan akutansi telah diatur oleh dalil-dalil dasar yang telah ditetapkan yang sudah menjadi standar praktek pembukuan, namun penggunaan tersbut tergantung oleh akuntan atau pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan missal dalam menentukan nilai persediaan itu tergantung pendapat pribadi manajement serta berdasar pengalaman masa lalu
Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan dibuat untuk suatu tujuan dimana tertuang dalam Prinsip akutansi Indonesia 1984 mengenai tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam sumber ekonomi neto (sumber dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari aktivitas perusahaan dalam rangka memperoleh laba.

3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan penanaman

5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijaksanaan akutansi yang dianut perusahaan.

Keterbatasan Laporan Keuangan

1. Laporan keuangan sifatnya sementara dan bukan laporan yang final, karena itu jumlah dan hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukan nilai likuiditas atau realisasi dimana dalam pembuatannya terdapat pendapat-pendapat pribadi yang telah dilakukan oleh akuntan atau management yang bersangkutan.

2. angka yang tercantun dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.

3. Untuk para investor laporan keuangan hanya bersifat membantu, masih memerlukan ramalan-ramalan sebabnya adalah bahwa data-data yang disajikan oleh akutansi semata-mata hanya didasarkan atas “cost” (yang bersifat histories) dan bukan atas dasar nilainya, akhirnya timbul jurang (gap) yang cukup besar antara hak kekayaan pemegang saham berupa aktiva bersih perusahaan yang dinyatakan dalam harga pokok historis dengan harga saham yang
tercatat dibursa. (ikatan akutansi Indonesia, Jakarta 1974,hal 14).

4. laporan keuangan bersifat konserfatif dalam sikapnya menghadapi ketidakpastian, peristiwa yang tidak menguntungkan segera diperhitungkan kerugiannya. Harta, kekayaan bersih, dan pendapatan bersih selalu dihitung dalam nilainya yang paling rendah.

5. laporan keuangan itu bersifat umum, dan bukan untuk memenuhi keperluan tiap-tiap pemakai

Syarat - syarat Laporan Keuangan antara lain :
1. Efisien.
2. Mudah dimengerti.
3. Jelas.

Keterbatasan Laporan Keuangan.
Dalam prinsip-prinsip akuntansi indonesia atau ikatan akuntan Indonesia (IAI) secara terperinci menjelaskan tentang sifat dan keterbatasan laporan keuangan yaitu :

1. Laporan keuangan bersifat historis, laporan kejadian yang telah lewat karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.

2. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu.

3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan.

4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan.

5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila terhadap beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.

6. Laporan keuangan lebih menekankan kepada makna ekonomis suatu peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya.

7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknik, dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknik akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.

8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antara perusahaan.

9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan

Bentuk - bentuk laporan keuangan
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponenkomponen berikut ini:
a) neraca,
b) laporan laba-rugi,
c) laporan perubahan ekuitas,
d) laporan arus kas,